Si Kertas yang Sedih dan Bahagia Oleh: Raditya Swastya P.A.R

Di sebuah pagi cerah di taman yang indah, kehidupan si kertas mengalami perubahan tak terduga. Suasana damai yang biasanya melingkupi taman itu terguncang oleh perseteruan antara si kertas, gunting, dan seorang batu.

Awalnya, gunting yang sombong terus-menerus meremehkan si kertas dengan kata-kata kasar. "Dasar kertas, gampang untukku potong dengan besiku yang tajam ini!" ujar si gunting dengan nada tinggi.

Si kertas, yang selalu menjadi sasaran bully, berbicara dengan suara hati yang hancur. "Hai gunting, apa kau tidak lelah selalu membeliku?" ucapnya dengan perasaan sedih.

Namun, gunting tidak peduli dan bahkan membawa temannya untuk ikut membully. Kekejaman ini membuat seorang batu yang melihat merasa geram. "Gunting, kemarin kau sendirian untuk membully kertas. Sekarang kau membawa temanmu. Kamu benar-benar jahat," ujar kertas dengan suara yang penuh kesedihan.

Batu dan teman-temannya merasa terpanggil untuk menghentikan siklus bullying ini. Mereka pun dengan tekad bulat mengajak pertarungan gunting dan teman-temannya.

Suatu pagi, kawanan batu melawan gunting yang sibuk membeli kertas. Dengan penuh semangat, para batu menantang gunting untuk berhenti membeli kertas. "Hei kalian, jangan pernah membeli kertas lagi! Ini adalah perlawanan terhadap sikap jahatmu," seru salah satu batu.

Pertarungan pun tak terelakkan, dan para batu berhasil memenangkan pertarungan melawan kawanan gunting. Meskipun awalnya saling tengkar, mereka akhirnya menyadari bahwa keberagaman adalah kekuatan yang hebat.

Si kertas, yang pernah merasakan kesedihan, kini merasakan kedamaian dan kebahagiaan. Bersama dengan batu, mereka menunjukkan bahwa perdamaian dapat dicapai melalui keberanian, ketegasan, dan persatuan. Dengan semangat baru, taman yang indah itu kini menjadi tempat yang lebih damai dan penuh kasih.